NILAI SEBUAH KEHIDUPAN telah menjadi lestari dan berkembang dengan adanya kasih dan sayang. Kehidupan itu memang bermuarakan dari kasih yang hinggap di antara hati manusia, haiwan, dan segala bentuk kehidupan sebagai ”mata air” kasih. Sehingga induk binatang yang dititipkan ketulusan hati oleh Tuhan membuat mereka secara tidak langsung melindungi, merawat dan menyayangi anaknya.
Kasih sayang juga telah membuat si ibu harimau tak memangsa anak yang lahir dari rahimnya sendiri, meskipun dia ditakdirkan sebagai binatang buas yang seakan tak kenal rasa kasih. Sememangnya kita biasa melihat ketika kasih sayang lari dari hati seorang manusia, dia mungkin akan bertindak lebih kejam dari haiwan yang paling ganas sekalipun.
Lazim bagi muslim, saban-saban permulaan membaca kitab sucinya diawali dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sebagai cerminan betapa tinggi nilai dua kata itu iaitu Maha Pengasih dan Maha Penyayang Allah terhadap makhluk-makhluk yang diciptakan-Nya.
Nilai kasih sayang sangat luas dan universal, tak sekecil peringatan "Hari Kekasih" yang sering dinanti oleh kaum muda, apalagi dipersempitkan lagi sekelompok manusia yang menganggap kasih sayang adalah sebagai budaya pesta minuman keras dan sex bebas.
Daripada tinjauan makna kata kasih sayang itu tentu saja sangat berbeza dengan cinta. Kasih sayang cenderung mendorong seseorang untuk merawat dan melindungi, mencukupi, dan menyenangkan secara tulus demi kebaikan.
Sedangkan cinta lebih codong untuk menguasai jiwa dengan segenap rasa kasih itu. Maka kasih sayang memiliki nilai yang jauh lebih mulia dari cinta, kerana cinta lebih cenderung menuju penguasaan, perebutan, kepemilikan dan puncaknya adalah kegilaan.
(ini sebuah pandangan peribadi saya, anda boleh mengambilnya jika ianya benar dan boleh mengkritik jika ianya salah)
Maka, ada istilah cinta terlarang, tetapi tidak ada kasih sayang yang diharamkan. Orang yang mencintai memberi untuk menguasai, sedang orang yang menyayangi memberi untuk kebaikan yang disayangi. Ertinya cinta, hujungnya keuntungan diri, sedang sayang bertolak pada kebaikan bagi objek kasih sayang itu sendiri.
Nilai kasih
Sebuah syair arab mengatakan,
"mawaddatuhu taduumu likulli haulin, wa hal kullun mawaddatuhu taduumu”
-kasih sayangnya (manusia) selalu kekal untuk segala hal yang menakutkan, dan apakah setiap orang itu kasih sayangnya selalu kekal.
(Jawaahirul Balaaghah:407).
Makna kasih sayang tidaklah berhujung, selanjutnya rasa kasih sayang adalah sebuah fitrah yang mesti direalisasikan terhadap sesama manusia ataupun makhluk selagi kehidupan di dunia ini ada.
Dalam koridor Islam, kasih sayang tidak mengenal waktu, jarak dan tempat. Baik terhadap teman, sahabat, kerabat dan keluarganya sendiri.
Rasulullah S.A.W bersabda :
"Man laa yarhamin-naasa laa yarhamhullaah”
(Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayanginya). [HR Turmudzi].
Dalam hadis tersebut kasih sayang seorang muslim tidak semata seaqidah tetapi untuk semua umat manusia.
Rasulullah SAW bersabda :
"Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi." Wahai Rasulullah, kami semua pengasih,” jawab mereka. Berkata Rasulullah, "Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin) tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat manusia).”
[HR Ath-Thabrani]
Bukan sekadar manusia saja, ajaran Islam yang tinggi ini telah mengajarkan bagaimana kasih sayang terhadap haiwan dan tumbuhan yang harus direalisasikan.
Abu Bakar as-Siddiq r.a pernah berpesan kepada pasukan Usamah bin Zaid, "Janganlah kalian bunuh perempuan, orang tua, dan anak-anak kecil. Jangan pula kalian potong atau cantas pohon-pohon kurma, dan janganlah kalian tebang pepohonan yang berbuah. Jika kalian menjumpai orang-orang yang tidak berdaya, biarkanlah mereka, jangan kalian ganggu.”
Sifat kasih sayang adalah termasuk akhlak yang mulia yang dicintai Allah. Sebaliknya Allah sangat membenci akhlak yang rendah. Di antaranya kepada orang-orang yang tidak memiliki rasa belas kasih sayang.
Ditegaskan hadis Rasulullah S.A.W :
"Laa tunza’ur rahmatu illaa min saqiyyin."
"Rasa kasih sayang tidaklah dicabut melainkan hanya dari orang-orang yang celaka".
(HR Ibn. Hibban).
Yang dimaksud dengan orang celaka adalah orang yang tidak memiliki rasa kasih sayang di dalam hatinya baik untuk dirinya mahupun orang lain.
Sesungguhnya kasih sayang Allah ke atas setiap manusia tiada tolok bandingannya bagaikan kasih si ibu kepada si anak yang tengah disusuinya.
Oleh itu, marilah sama-sama kita memupuk rasa kasih dan nilai sayang itu sehingga rasa ini sebati di dalam jiwa kita sehingga kehidupan di mayapada ini akan lestari dan berjalan selancarnya yang tidak akan menimbulkan rosaknya lebih banyak nilai-nilai kejiwaan dalam sifat kemanusiaan itu.
0 bisik bicara untuk Mohd Daharudin Haji Daud:
Post a Comment